Senin pagi 5 April 1982, matahari mulai bersinar dengan cerahnya saat warga kampung Babakan 30 km selatan Tasikmalaya mulai beraktifitas, t...
Senin pagi 5 April 1982, matahari mulai bersinar dengan cerahnya saat warga kampung Babakan 30 km selatan Tasikmalaya mulai beraktifitas, tiba-tiba langit diselimuti awan tebal, dari arah Utara terdengar dentuman - dentuman seperti suara Guntur yang membuat bumi bergetar, diselingi dengan kilatan- kilatan cahaya memanjang membelah angkasa yang kelabu, Kabut abu mulai turun seperti salju disertai bau belerang yang menyengat.
Semua warga kembali kerumah dan menutup pintu, rapat- rapat, suasana jadi mencekam ketika hari menjadi gelap, kemudian datang suara gemuruh, yang disusul hujan material pasir berwarna abu yang turun dengan derasnya.
Warga mulai menyalakan lampu minyak untuk penerangan padahal waktu masih sekitar jam 8.00 pagi.
waktu itu aku masih kls 1 SD merasakan ketakutan yang luar biasa, apalagi ketika ibu dan nenek kami menangis.
Ditengah gemuruh hujan pasir ayahku berdiri di jendela dan mengumandangkan Adzan membuat suasana kian mencekam
Aku kira ini adalah hari kiamat.
semua wajah menampakan rasa takut
Yang luar biasa, setiap kali ada dentuman kaca jendela ikut bergetar, kakekku tak henti hentinya berdzikir.
Baru setelah satu jam, hujan pasir mulai mereda seiring kembali nya suasana menjadi terang, matahari mulai menampakan diri meskipun abu vulkanik masih terus turun.
Wajah- wajah penduduk kampung seperti memakai bedak, mereka banyak yang berkemas membuntel pakaian, dan apa saja yang bisa di bawa mengungsi.
Ketika melihat disekitar bak mimpi, tanaman, sawah, semua berubah menjadi putih, sejauh mata memandang. Halaman dan jalan di penuhi hamparan pasir hingga mata kaki orang dewasa.
Itulah letusan gunung Galunggung pada 5 April 1982, kedahsyatan luar biasa abu vulkaniknya membentuk cendawan raksasa sietinggi 2,5 km, dan menyebar ke seantero Jawa dan sebagian Sumatra bahkan sampai ke Australia.
Meskipun korban jiwanya minim tapi
80 ribu penduduk dari desa- desa disekitarnya diungsikan, dan puluhan desa lainya rata tertimbun longsoran lahar, sehingga merubah kontur alam disekitarnya. Letusan ini menambah luas kawah Galunggung menjadi 14 hektar.
Letusan Galunggung secara sporadis terus berlangsung selama 11 bulan kedepan, dan berakhir pada bulan Mart 1983.
Iwan fals sampai mengabadikannya dalam sebuah lagu yang cukup kontroversial
" semoga kau tak tuli Tuhan "