Alun-alun Kediri semakin kecil Sebelah kiri dalam foto 1910-an terlihat pendopo kabupaten yang berarsitektur tradisional Jawa abad ke-19 d...
Alun-alun Kediri semakin kecil
Sebelah kiri dalam foto 1910-an terlihat pendopo kabupaten yang berarsitektur tradisional Jawa abad ke-19 dengan atap model tajug. Alun-alun Kediri terbentuk pada awal abad ke-19 mengikuti model alun-alun kolonial yang sedikit berbeda dengan konsep alun-alun prakolonial seperti di Solo dan Yogyakarta. Di kebanyakan alun-alun di Jawa, kompleks kabupaten dibangun pada polos utara-selatan, yaitu posisi paling bagus menurut ilmu kosmografi Jawa. Melainkan di Kediri, kompleks kabupaten menghadap ke barat. Alasannya, di sebelah selatan alun-alun ada kuburan lama dan seorang bupati pasti tidak mau membangun kabupatennya di atas kuburan. Sementara di sisi utara alun-alun, bangunannya akan mebelakangi rumah residen (yang terletak dua kilometer lebih utara), yang dilarang keras. Di sisi barat alun-alun juga tidak boleh, karena diperuntukkan untuk masjid agung. Tinggal sisi timur.
Di depan pendopo tampak sebuah panggung beratap, yang kini sudah tidak ada lagi. Bisa dikirakan itulah sebuah panggung musik, namun fungsuinya berbeda. Itulah sebuah paseban yang dulu terdapat di banyak alun-alun di Jawa dengan fungsi sebagai tempat pidato bupati. Sekarang hanya di alun-alun Garut ada yang tersisa. Anehnya, paseban dalam foto ini tidak berposisi di alun-alun seperti di Garut, tetapi di halaman kabupaten. Indikasinya, alun-alun Kediri dulu lebih besar dan membentang ke timur lebih jauh daripada sekarang. Dengan membangun pagar batu dan bangunan gapura, halaman kabupaten memakan sebagian alun-alun. Dengan berjalannya waktu, alun-alun Kediri semakin kecil.
Boleh minta feedback dari sejarahwan dan pecinta sejarah Kediri, mengenai teori saya yang tersebut?
Repost dari link https://m.facebook.com/groups/257969410920323?view=permalink&id=1823198697730712
Sebelah kiri dalam foto 1910-an terlihat pendopo kabupaten yang berarsitektur tradisional Jawa abad ke-19 dengan atap model tajug. Alun-alun Kediri terbentuk pada awal abad ke-19 mengikuti model alun-alun kolonial yang sedikit berbeda dengan konsep alun-alun prakolonial seperti di Solo dan Yogyakarta. Di kebanyakan alun-alun di Jawa, kompleks kabupaten dibangun pada polos utara-selatan, yaitu posisi paling bagus menurut ilmu kosmografi Jawa. Melainkan di Kediri, kompleks kabupaten menghadap ke barat. Alasannya, di sebelah selatan alun-alun ada kuburan lama dan seorang bupati pasti tidak mau membangun kabupatennya di atas kuburan. Sementara di sisi utara alun-alun, bangunannya akan mebelakangi rumah residen (yang terletak dua kilometer lebih utara), yang dilarang keras. Di sisi barat alun-alun juga tidak boleh, karena diperuntukkan untuk masjid agung. Tinggal sisi timur.
Di depan pendopo tampak sebuah panggung beratap, yang kini sudah tidak ada lagi. Bisa dikirakan itulah sebuah panggung musik, namun fungsuinya berbeda. Itulah sebuah paseban yang dulu terdapat di banyak alun-alun di Jawa dengan fungsi sebagai tempat pidato bupati. Sekarang hanya di alun-alun Garut ada yang tersisa. Anehnya, paseban dalam foto ini tidak berposisi di alun-alun seperti di Garut, tetapi di halaman kabupaten. Indikasinya, alun-alun Kediri dulu lebih besar dan membentang ke timur lebih jauh daripada sekarang. Dengan membangun pagar batu dan bangunan gapura, halaman kabupaten memakan sebagian alun-alun. Dengan berjalannya waktu, alun-alun Kediri semakin kecil.
Boleh minta feedback dari sejarahwan dan pecinta sejarah Kediri, mengenai teori saya yang tersebut?
Repost dari link https://m.facebook.com/groups/257969410920323?view=permalink&id=1823198697730712